WCU Bukan Sebuah Nama Demi Mengejar Gengsi*

23.12 Unknown 0 Comments




Kelas belum dimulai sedangkan seorang dosen dan hampir seluruh mahasiswa telah berada di dalam ruangan kelas. Beberapa mahasiswa yang datang terlambat tetap diperbolehkan memasuki ruangan, namun suasana kelas tetap hening. Terdengar suara-suara kecil obrolan mahasiswa di pojok ruangan namun dosen itu tetap berkutat di depan laptopnya tanpa berbicara sepatah katapun.

Jarum jam menunjukkan pukul 09.07 WITA ketika seorang mahasiswa masuk ke dalam kelas dengan membawa tas LCD di tangannya. Sambil terengah-engah, dia meletakkan LCD tersebut di atas meja sang dosen dan mengaturnya, hingga setelah semua hal telah siap, dosen tersebut mulai berucap dengan kalimat, "Bagaimana pendidikan di Unud bisa maju?"

Kalimat tersebut merupakan kalimat yang tetap mengusik penulis bahkan hingga tulisan ini dibuat. Bagaimana tidak? Dalam kasus di atas, masalahnya sederhana yakni kantor Tata Usaha (TU) belum dibuka sehingga alat LCD yang akan digunakan tidak dapat diambil. Dengan alasan apapun, bukan hanya pegawai TU yang layak malu namun setiap kalangan akademisi di Universitas Udayana layak untuk "risih" dengan sindiran tersebut. Masalah utamanya adalah integritas dan kualitas sumber daya manusia yang kita miliki. Bukan hanya di kampus kimia, karena masalah ini dapat terjadi di setiap lingkungan kampus udayana.

World Class University telah menjadi obsesi besar banyak kampus di Indonesia semenjak Undang-undang Badan Hukum Pendidikan disahkan. Begitu juga Universitas Udayana (Unud). Setidaknya ada tujuh standar utama akreditasi nasional yang dapat dijadikan patokan awal pengembangan sistem pendidikan di Unud yakni visi misi, tata kelola, pembiayaan, kurikulum, penelitian, pengabdian dan kerjasama. Adapun Jurusan Kimia memiliki visi menjadikan jurusan kimia sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang kimia yang unggul, mandiri dan berbudaya.

Jika kita melihat realita yang terjadi di lapangan, banyak hal yang harus dibenahi. Selain contoh di atas, contoh lain adalah jadwal kurikulum pembelajaran dan ujian yang sering tidak pasti. Selain itu, fasilitas belajar termasuk kelengkapan alat laboratorium, alat-alat pembelajaran di kelas seperti LCD, spidol, penghapus, kabel roll dan lainnya. Memang kelihatan sepele, namun alat-alat kecil tersebut merupakan hal krusial bagi kelancaran proses pembelajaran di kelas. Ditinjau dari sisi penelitian dan kerjasama yang berlangsung di jurusan kimia, publikasi hasil penelitian dapat pula menjadi patokan keberhasilan karena semakin banyak penelitian yang dipublikasikan, nama universitas akan lebih dikenal sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi calon mahasiswa.

Ditinjau dari segi tersebut, patut dipertanyakan kembali apakah jurusan kimia cukup mumpuni untuk bersaing bahkan ditingkat nasional?. Jika kita menilik dari segi lain yakni penampilan kampus, banyak orang luar akan tertawa jika melihat keadaan kampus yang dipenuhi hewan-hewan seperti anjing, ayam dan sapi. Ketidaknyamanan lain seperti kehilangan laptop dan motor yang baru-baru ini terjadi.

Jika sudah begini, siapa juga yang akan malu? Pertanyaan ini berlaku bukan hanya bagi kalangan akademisi di kampus kimia, namun untuk jurusan dan fakultas lain di lingkungan Unud. Sekali lagi, World Class University bukanlah sebuah nama demi mengejar gengsi.

*Tulisan pernah ditampilkan dalam mading kimia, BK FMIPA

0 komentar: